Go back
Date

Kilas Sejarah Gunongan

[caption id="attachment_237" align="aligncenter" width="300"] Taman sari Gunongan[/caption]

BANDA ACEH - Gunongan adalah salah satu wisata pendidikan berupa replika gunung bertingkat tiga dengan bagian puncak berupa sebuah teras berbentuk menara.

Bangunan ini didirikan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda pada tahun (1607-1636) abad ke-17. Taman sari Gunongan dan kandang dinamakan juga taman Ghairah yang ditengahnya mengalir sungai darul asyiqi. Taman ini digunakan untuk tempat bersenang senang permaisuri sultan iskandar muda, putri pahang anak dari sultan johor. Menurut kisah cerita sejarah, pada masa itu dibangunkan untuk sang permaisuri sebagai obat rindu akan kampung halamannya.

Kemudian kandang dijadikan makam Sultan Iskandar tsani menantu sultan Iskandar Muda yang memerintah tahun (1636-1642) , Sultan Iskandar Tsani adalah anak dari sultan pahang Malaysia yang menikah dengan sultanah Safiatuddin Tajul Alam (1642-1673).

Berlokasi di jalan Teuku Umar, Banda Aceh, Gunongan berhadapan  dengan lokasi kuburan serdadu dari Belanda “Kerkoff”.

Gunongan atau gegunungan bentuknya lengkung menirukan topografi gunung yang berlapis lapis, bagian puncak terdapat ornamen berupa mutiara berkelopak. Mempunyai sudut sepuluh, tiap sudut dilengkapi bagian semacam altar berornamen bunga mekar berdaun runcing.

Pintu masuk berada disebelah sisi selatan, untuk memasukinya harus posisi membungkuk, secara filosofis sebagai ungkapan hormat apabila bertamu.

Peterana batu berukir, berada didepan sebelah kiri gunongan, ukuranya berdiameter 1 m dan tinggi 0,5 m, bagian tengah berlubang dan sisi utaranya dilengkapi dengan trap semacam tangga sebanyak 2, dan informasi dari petugas penjaga museum gunongan, peterana ini difungsikan sebagai tempat sang permaisuri keramas.

Selesai menelusuri bangunan gunongan, pengunjung juga dapat mengakses ruang pameran berisikan informasi sejarah kerajaan, nisan peninggalan dan penjelasan sejarah lain terkait kerajaan aceh darusaalam, pintu khop, istana aceh dan sebagainya.

Untuk memasuki cagar budaya satu ini pengunjung sama sekali tidak dipungut biaya (gratis), pengelolaannya juga langsung dibawah Kementerian Pendidikan dan Pariwisata unit pelayanan teknis Aceh dan Sumatera Utara.

Suke Pangon,  Erna dan berbagai sumber