- Date
Tan Sebuah Novel
Identitas Buku
Karya Hendri Teja
Penerbit Javanica
Cetakan III, Juli 2016
ISBN 978-602-6799-06-7 (Novel Sejarah)
427 Halaman
Sinopsis Buku
Lahir dengan nama Ibrahim. Saat masih muda lulus kweekschool kakeknya meninggal dunia, mengakibatkan Ibrahim harus menggantikan kakeknya sebagai ketua adat dengan gelar datuk Tan Malaka.
Setelah menjabat gelar adat beberapa saat Tan mendapatkan rekomendasi dari gurunya Horensma untuk melanjutkan sekolah Rijkweekschool di Haarlem Belanda. Didalam kebimbangan apakah menduduki sebagai ketua adat ataukah memilih sekolah, akhirnya Tan memilih melepas gelar datuk dan berangkat ke Belanda.
Saat kuliah mendapatkan pemikiran sosialis dari teman kos yang bernama Wouters, menyebabkan Tan semakin bersemangat menulis kritik tentang keadaan Hindia belanda. Disamping itu cintanya Tan sedang bersemi kepada Fenny.
Bersama pelajar dari Hindia Belanda akhirnya mendirikan Perhimpunan Pelajar Hindia Belanda (PPHB). Adanya konspirasi bahwa PPHB merupakan ancaman bagi Belanda menyebabkan Tan tidak lulus kuliah hanya menyandang gelar guru diploma. Gagal dalam ujian guru kepala.
Karena gagal ujian maka Tan wajib mengembalikan bea siswanya. Maka Tan mendapatkan bantuan Sneevliet pindah ke Deli (Medan) mengajar. Dari Sinilah semakin mematangkan pemikiran Tan tentang sosialis saat melihat kondisi kaum buruh perkebunan gula dan teh. Selepas terjadi pemogokan buruh, Tan ditangkap polisi karena dianggap terlibat dalam kerusuhan
Di Deli dianggap sudah tidak aman dan banyak ancaman Tan akhirnya melarikan diri ke Batavia. Dalam pelariannya sempat kembali ke minangkabau menjenguk keluarga yang telah lama ditinggalkan.
Sesampainya di Batavia Tan menemui Alimin atas saran dari Sneevliet. Alimin menyarankan agar menemui Semaun ketua sarekat islam Semarang dan partai Komunis Hindia Semarang.
Di Semarang Tan mendirikan sekolah rakyat dan berhasil. Dari sini Tan semakin dikenal kalangan pergerakan. Sampai akhirnya Tan didaulat Semaun mengikuti kongres serikat pegawai percetakan Hindia untuk menjadi ketuanya.
Karir paling menanjak dan semakin menjadi acaman bagi Hindia Belanda adalah saat Tan menjadi ketua PKH Semarang menggantikan Semaun. Semakin gencarnya tulisan mengkritik pemerintahan kolonial menyebabkan Tan ditangkap dipenjara di Bandung selama dua tahun
Saat gempa terjadi di Bandung akhirnya Tan bisa melarikan diri dan berusaha mencegah pemberontakan yang akan dilakukan PKH. Tetapi gagal
Review buku
Apa yang terlintas dalam pikiranmu terkait kehidupan tokoh pergerakan? Tan Malaka merupakan salah satu tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia dan sekarang menjadi pahlawan nasional.
Buku setebal 427 halaman menceritakan tentan Tan Malaka dalam bentuk novel. Dibagi dalam lima kisah yaitu lelaki yang merindu nian, lelaki yang pergi dengan riang, lelaki yang berlari cepat, lelaki yang mendahului serta lelaki yang mengatur perkara.
Lahir dengan nama Ibrahim dan harus rela melepaskan gelar adatnya Datuk Tan Malaka saat lebih memilih untuk melanjutkan kuliah di Rijkweekschool Haarlem Belanda.
Saat kuliah inilah Tan Malaka mengenal paham sosialis sekaligus menemukan cinta pertamanya.
Setelah kembali di Hindia Belanda membuat Tan Malaka semakin memahami paham sosialis antara literatur dan kondisi kesengsaraan. Sampai akhirnya membuat Sekolah Rakyat untuk kaum Kromo.
Saat kita membaca buku novel ini seakan akan Tan Malaka bercerita langsung kepada kita. Kebimbangan saat melanjutkan kuliah, mengenal paham sosialis, menemukan cinta, mendirikan sekolah rakyat serta dibalik sutradara Tan Malaka menjadi besar dan terkenal mengenai paham sosialis dalam memperjuangkan kaum tertindas.
Sangat cocok dibaca bagi kalangan pergerakan yang nantinya akan terjun dalam dunia politik.
Kutipan
"Dengar baik baik, di negeri ini kita semua setara. Buang jauh jauh pemikiran Hindia hinamu. Negosiasi yang di impit rasa rendah diri hanya berujung pada kekalahan"
"Ciri utama kalangan terpelajar adalah mampu menulis, dengan tulisan kalian dapat mengabarkan apapun kepada mereka"
"Jangan pikir apa yang akan kalian tulis, tapi tulis apa yang kalian pikir"
"Terkadang pena bisa lebih tajam ketimbang pedang"
"Sekolah rakyat mendidik murid melihat langsung keadaan sekitar dengan kepala mereka sendiri, didorong untuk mengeluarkan pikiran, perasaan baik lewat artikel syair drama dan tarian. Berharap kurikulum ini berbekas dalam ingatan mereka dan akhirnya menjadi karakter"