- Date
Bagaimana Bisa Buruh Tani Sejahtera?
Membicarakan buruh tani pasti akan terbesit tentang kemiskinan. Kalau di pinggiran kota bisa sepenuhnya benar, tetapi kalau di desa belum tentu benar.
Kemalasan yang menjadi pemicu kemiskinan itulah penyebabnya. Mengapa demikian? Sekitar tahun 1970 upah yang diperoleh buruh tani di bawah dari standar cukup.
Kemudian masuk di sekitar tahun 2000, buruh tani bekerja di hitung harian, masuk tahun 2015an buruh tani ada yang mendapatkan upah dengan nilai pekerjaan borongan. Sebagai contoh, mempersiapkan lahan tanam di sawah seluas 1 ha total berapa rupiah dengan pemilik lahan tanpa menghitung berapa hari pekerjaan tersebut diselesaikan. Bahkan, penentuan harganya malah bukan dari pemilik sawah melainkan buruh tani itu sendiri.
Terus mengapa masih dibilang pendapatanya tidak cukup? Jika dihitung secara detil matematis, per hari gaji buruh tani 80 rb sudah mendapatkan makanan, rokok, kopi dan kue. Berarti dalam sehari sudah bersih 80 rb x 60 hari ( tanam padi sampai panen kerja hanya 60 hari, lainya istirahat), total 4.800.000. Sebuah nominal pendapatan yang sudah mendekati UMR kabupaten Ngawi tahun 2020 misalnya.
Kalau hanya sekedar mengandalkan pendapatan dari buruh tani dapat kita pastikan akan kurang, karena masih ada selisih 700.000 per bulan untuk sampai UMR. Maka upaya untuk menepis kekurangan tersebut buruh tani harus mampu memanfaatkan waktu sisa 2 bulan luang tidak ada pekerjaan dengan mengoptimalkan kerja perhari dari 6 jam menjadi 8 jam.
Selama dua bulan kosong bisa bekerja di bangunan, bekerja di warung makan ataupun pergi ke kota, berwirausaha, dagang kecil-kecilan atau merambah usaha ke bidang tanam sayur atau perkebunan. Mengoptimalkan kerja perhari bisa menggarap kebun disekitar rumah untuk membuat sayur dan dijual sayurnya. Beternak kambing ataupun sapi sebagai tabungan jangka panjang.
Inilah beberapa upaya yang dapat dilakukan buruh tani di desa yang akhirnya berhasil menyekolahkan anaknya sampai SMA dan membuat rumah, punya sepeda motor serta meningkatkan derajat kesejahteraan keluarga mereka. Kuncinya ada di keuletan dan etos kerja, kemauan serta tekad untuk menjadi lebih sejahtera.
Suke Pangon